MACAM-MACAM BUDAYA LOKAL
C. MACAM – MACAM BUDAYA LOKAL
BANGSA Indonesia dikenal sebagai bangsa yang multicultural dalam suku bangsa
dan budaya, seperti suku Jawa, Batak, Bali, dan sebagainya, dimana setiap suku
bangsa memiliki budaya local masing – masing. Di bawah ini beberapa tradisi
budaya local yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.
Tradisi budaya ini
dilaksanakan setiap tanggal 30 Rajab sebagai rangkaian kegiatan upacara
penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai Syltan Ngayogyakarta
Hadiningrat.
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat yang dilakukan oleh penganut agama Hindu
Bali. Upacara ini dilaksanakan antara bulan Juni – September.
3. Tradisi
betapung tawar
Betapung tawar adalah
upacara menyiapkan menjadi seorang anak, yang merupakan tradisi masyarakat
Martapura, Amuntai, Kandangan, dan Banjarmasin. Pada upacara ini dilaksanakan
juga guring meayun, yaitu menidurkan anak pada ayunan.
4. Tradisi
era – era tu urau
Adalah upacara tindik telinga untuk gadis – gadis yang menginjak usia dewasa.
Ini adalah tradisi budaya suku bangsa Waropen di Papua. Upacara ini disebut era
– era tu urau yang artinya tusuklah telinganya. Penusukan telinga dilakukan
oleh seorang dukun yang di namakan aebe siewe, yang dianggap masyarakat
setempat mempunyai kesaktian khusus. Makna dari tusuk telinga adalah, agar anak
gadis tersebut mendengarkan hal – hal yang baik. Dengan melubangi telinga, maka
anak gadis tersebut sudah pantas untuk berumah tangga atau menikah.
5. Tradisi
adat Jawa
Tradisi adat Jawa antara
lain:
a. Brokohan, yaitu upacara kelahiran bayi
b. Selapanan, yaitu upacara pemberian nama pada
bayi baru lahir yang dilaksanakan pada hari ke 35 setelah kelahiran.
c. Tedhak siten, yaitu upacara bagi bayi usia 5 – 6
bulan pada saat pertama kali turun tanah.
d. Tetesan, yaitu upacara khitanan untuk putrid
raja yang berusia 8 tahun
e. Supitan, yaitu upacara khitanan pada putra
bangsawan yang sudah 14 tahun. Setelah menjalanu supitan, putera bangsawan
tinggal di ksatrian yang terpisah dari ibunya.
f. Terapan, yaitu upacara inisiasi haid pertama
bagi anak perempuan.
a. Tahap martandan, adalah tahap mencari jodoh.
Seorang laki – laki datang kerumah marga ibunya untuk mencari seorang gadis
yang akan dijadikan istrinya.
b. Tahap marhusip, adalah pihak laki – laki
mengirim utusan untuk menindak lanjuti niat laki – laki untuk meminang gadis
pilihannya.
c. Dialap jual, pihak laki – laki membawa jual,
yaitu bahan makanan yang diusung dikepala dan menjemput pengantin wanita.
d. Pembagian jambar (hewan), pihak pengantin pria
menyerahkan seekor babi kepada pihak mempelai wanita, pada pembagian hewan ini
disepakati bagian apa saja yang akan diberikan kepada keluarga wanita.
e. Prosesi di gedung pertemuan adat, kedua mempelai
menuju pelaminan yang disambut dengan tarian tor – tor, sebagai ritus upacara
pembukaan
f. Pemberian ulos, Hula – hula (keluarga mempelai
pria )memberikan ulos kepada pihak mempelai wanita. Makna dari upacara ini agar
kedua mempelai selalu hidup bersama – sama dalam suka dan duka
D. DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING
Pengeruh budaya asing sudah lama masuk ke Indonesia yaitu sejak masuknya agama
dan budaya Hindhu – Budha, Islam, dan Kristen. Pengaruh budaya asing semakin
intensif, sejak dunia memasuki era globalisasi. Pada era globalisasi hampir
tidak ada satu negarapun yang terlepas dari pengaruh budaya global, baik
didunia politik, ekonomi, maupun social budaya.
1. Proses
masuknya pengaruh budaya asing
Masuknya pengaruh budaya asing seiring dengan proses penyebaran unsur – unsur
budaya global ke seluruh penjuru dunia, disebut difusi kebudayaan. Proses
penyebaran unsur – unsur budaya sudah terjadi sejak zaman purbakala hingga
sekarang. Bentuk tertua proses penyebaran budaya adalah melalui penyebaran
(migrasi) kelompok manusia, dengan proses perpindahan kelompok manusia purba
yang hidupnya berpindah – pindah tempat sambil berburu dan meramu.
Pada masa – masa berikutnya difusi kebudayaan dilakukan oleh kaum pedagang dan
pelaut. Penyebaran agama – agama besar seperti Hindu, Budha, Islam, dan Kristen
dilakukan oleh para pedagang, pelaut, dan penyebar agama. Pada masa penjajahan
bangsa asing ( abad 16 – 20 ) terjadi proses penyebaran unsur – unsur budaya
asing seperti Portugis, Inggris, Jepang, dan Belanda ). Masuknya budaya asing
melalui penjajahan merupakan penetrasi budaya secara paksa. Pada zaman modern
seperti sekarang ini proses penyebaran budaya lebih efektif melalui media
elektronik, media komunikasi, surat kabar, dan sebagainya.
2. Pengaruh
nilai – nilai budaya Barat
Nilai – nilai budaya barat ada yang membawa pengaruh positif dan ada yang
negatif dan bertentangan dengan nilai – nilai budaya nasional. Oleh karena itu
untuk mengahadapi pengaruh masuknya budaya barat diperlukan sikap kritis dan
bijaksana. Masyarakat Barat hidup dalam dunia teknis dan ilmiah. Mereka
menganggap nilai – nilai yang meminta kepekaan hati sebagai suatu yang tidak
bermutu.
Dengan bersumber dari filsafat positivisme, dunia Barat mengakui kelayakan
martabat kemanusiaan nilainya tidak terukur oleh apapun. Semua itu berpangkal
pada penghargaan mutlak terhadap kebebasan manusia. Dalam tradisi humanistic,
ditekankan bahwa manusia harus memilih untuk dirinya tentang kebenaran dan
kebaikan.
Menurut Alfian ( 1985, 36 ) ada tiga pola atau corak reaksi terhadap pengaruh
budaya asing yaitu sebagai berikut.
a. Corak reaksi menerima seluruh kebudayaan Barat.
Corak ini menganggap kebudayaan Timur / sendiri sudah tidak
relevan lagi untuk menghadapi kondisi sekarang.
b. Corak reaksi yang sama sekali anti budaya Barat.
Corak ini menganggap kebudayaan Barat hanya melahirkan manusia
kejam dan kebudayaan Timur lebih unggul.
c. Corak reaksiyang berusaha melihat perbenturan
antara budaya Timur dan Barat.
Corak reaksi ini berusaha mengambil jarak dan menilai secara jujur keunggulan
kebudayaan Barat dan kelemahan kebudayaan Timur, sekaligus mempertahankan
relevansi nilai – nilai Barat dan Timur.
D. HUBUNGAN ANTAR BUDAYA
Hubungan antar budaya adalah peristiwa saling berhubungan dan saling
mempengaruhi di antara budaya local. Misalnya hubungan yang saling mempengaruhi
antara budaya Sunda dengan budaya Jawa, dan sebagainya.
Hubungan antar budaya yang memungkinkan terjadinya adaptasi kebudayaan tersebut
menurut ilmu antropologi dilakukan melalui proses:
Difusi budaya yaitu penyebaran unsur budaya ke seluruh penjuru dunia
Akulturasi kebudayaan yaitu masuknya unsur – unsur budaya asing ke dalam unsur
budaya sendiri
Asimilasi kebudayaan yaitu percampuran unsur – unsur budaya yang
berbeda
Integrasi kebudayaan yaitu bersatunya unsur – unsur budaya yang
berbeda
Discovery dan Inovasi yaitu penemuan baru
Masyarakat Indonesia yang dikenal hiterogen dalam berbagai aspek, sebagai
pembentuk budaya nasional karena adanya hubungan antar budaya. Hubungan antar
budaya seringkali menemui hambatan, seperti penggunaan bahasa, nilai dan norma
masyarakat. Padahal syarat terjadinya hubungan tersebut harus dilandasi oleh
saling pengertian dan pertukaran informasi antara satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, hubungan antar budaya tidak selamanya berdampak positif,
tetapi dapat berdampak negatif berupa timbulnya konflik antar budaya yang dapat
mengancam integrasi budaya nasional.
Komentar
Posting Komentar